GEMPA
Kemarin, pada tanggal 23 Januari 2018, sekitar pukul 2 kurang, Jakarta dan beberapa daerah di sekitarnya diguncang gempa. Saat itu kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di SMAN 68. Kami, murid kelas X MIA 4 sedang mengerjakan soal vektor yang diberikan oleh guru kami. Lalu, salah satu teman bertanya siapa yang sedang menghentakkan kaki. Semua orang menoleh kearahnya termasuk saya. Namun tidak ada yang merasa melakukan hal tersebut. Mata saya langsung tertuju pada air yang ada di dalam botol minum. Air itu terlihat terguncang. Saat itulah saya menyadari bahwa gempa sedang terjadi.
Beberapa teman yang duduk di deretan depan langsung berdiri sambil berteriak gempa, membuat teman-teman yang lain panik. Semuanya spontan berdiri dan menyelamatkan diri masing-masing. Tidak memperdulikan barang bawaannya bahkan orang lain, kecuali hp. Kebanyakan orang akan langsung berlari ke lantai paling bawah, tetapi kami hanya melihat lapangan dari koridor lantai 4.
Saat kami keluar, koridor dan lapangan telah dipenuhi orang-orang. Mulai dari guru hingga murid. Beberapa sedang panik dan menahan tangis, tetapi kebanyakan orang malah memvideokan kejadian ini dan menjadikan ini sebagai lelucon. Beberapa menit setelah kejadian, orang-orang yang berada di koridor lantai 2, 3,4 dan 5 diminta untuk turun ke lantai 1 untuk mengantisipasi adanya gempa susulan. Selama beberapa menit kami menunggu sampai akhirnya sekolah membuat pengumuman agar semua siswa masuk ke kelasnya masing-masing. 
Di kelas, kami hahya membahas kejadian yang baru saja terjadi. Tentang bagaimana kami menyadari kalau gempa sedang terjadi, tentang ekspresi lucu teman juga tentang darimana datangnya gempa. Tetapi guru tidak ada yang masuk kelas. Kami hanya menunggu sampai bel pulang sekolah berbunyi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Z Bersumpah Pemuda

Batik